clik disini

My Blog List

clik here

Sunday, 17 July 2011

aku Love stORY

 PART 1..Pertemuan yang tak disangka

Pada suatu hari hujan turun dengan lebat air mencurah-curah ke daun keladi,itulah ayat aku semasa menbuat karangan tentang peribahasa Melayu oleh cikgu aku.Maklum la aku kurang pandai dulu,so aku karang je karangan tu mengikut adunan aku sendiri asalkan karangan aku siap sudah..oppp sebenarya aku bukan nak cerita pasal karangan peribahasa tu tapi tentang  first CINTA  aku dengan awek aku,mesti korang tertanya apa kaitan dengan peribahasa ibarat air mencurah kedauan keladi...begini AKu STOry kat korang....

Masa di alam ria dulu aku bersekolah di sekolah Menengah Hamzah,aku ni nak kata kacak takde la jugak mungkin samar-samar tu ada la hehe.Aku merupakan AJK pusat sumber sekolah,nak kata aku ulat buku gila siot bai aku cakap terus terang aku tak minat baca buku ataupun study ni.Tapi disebabkan pengaruh kawan aku yang ala-ala skema ni aku terpengaruh jadi Ahli pusat sumber dan disebabkan kehemseman aku cikgu lantik aku jadi AJK  pusat sekolah.Maka bermulalah tugas dan tanggungjawab aku kepada pusat sumber sekolah Everyday aku kena jaga pusat sumber maklum la anak-anak buah berhingus ni tak buat kerja lau takde bos..kan-kan?hehe.

Waktu aku bertugas tu my feelling dah rasa borink dew,yelah muak jugak dok dalam PSS juz tengok pelajar-pelajar lain study, aku  plak merayau jelah kat dalam tu tapi kadang-kadang aku study jugak tentang info-info semasa kat akhbar haha bukan kat buku teks la.Dalam kesibukan bertugas aku termenung kat kerusi sofa di hujung sudut tingkap PSS dan berhadapan dengan pintu masuk PSS.Waktu tu fikiran aku tengah fly AWay entah kemana-mana.Tiba-tiba seseorang muncul dihadapan pintu masuk PSS,waktu tu aku memandang tepat kearah matanya begitu juga si dia dan kami saling melemparkan senyuman(ala-ala lempar bola baseball).Hati aku seolah-olah berdengup kencang,sekencang ribut membadai,(perhh ayat jiwang bai)aku merasakan pertama kali aku melihat perempuan yang membuka pintu hati untuk bercinta.

Petang hari itu merupakan hari pertama aku bertemu dengannya,Keesokan petangnya juga aku terus pergi ke pusat sumber sekolah untuk bertugas,ehem-ehem sebenarya aku nak skodeng dia ada ke tak.Aku dengan bergaya masuk dan terus ke kaunter  dan mendaftarkan diri di kaunter PSS tanpa memandang siapa yang bertugas pada petang itu,walaupun aku ni AJK aku tak kenal sangat anak buah aku huhu.Selepas aku sing in dan tulis nama baru aku tengok pengawas mana yang bertugas,ADUHAI SAYANG berdegup kencang dalam hati aku bila memandang pengawas yang bertugas tu,rupa-rupanya  si dia yang aku jumpa kemarin merupakan anak buah aku sendiri hahaha.


Follow up this story

BERSAMBUNG.....

hAdIST-hADIsT cINtA

Dari anas bin malik radliyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiw a sallam bersabda: “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman: (1). Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2). Mencintainya seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta’ala, (3). Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta’ala menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam api”[1]
Merasakan manisnya sesuatu merupakan buah dari cinta terhadapnya. Di kala seseorang mencintai sesuatu atau menyukai lantas mendapatkannya, maka ia akan merasakan manis, lezat dan bahagia karenanya. Demikian pula manisnya iman yang dirasa oleh seorang mukmin; kelezatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan dalam keimanannya sebanding dengan cinta yang ada dalam dirinya. Dan hal itu akan ia dapatkan dengan melakukan tiga hal yang disebutkan oleh hadits di atas.[2]
love-you1
Yang berhak dicinta di atas cinta
Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia.
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista.
Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada-Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya.
Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta’ala, itulah cinta di atas cinta[3].
Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti
Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori)
Allah ta’ala juga berfirman:
”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzab: 6).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu’anhu lalu Umar berkata kepada beliau,
”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri”.
Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”
Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ”Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri”.
Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna.
Pedoman Hakikat Cinta
Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ

”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang” (QS. Ali-’Imron: 31)
Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba’ kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya.
Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta.
Walillahil mahabbah.
h

Popular Posts

clik here